Zakat: Pemberian Wajib sebagai Rasa Syukur

 

Katakanlah “Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya” Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya”.

(Surat Saba’:34 ayat 39)

Berzakat 2,5 %, bagi seorang muslim yang telah berpenghasilan mestinya menjadi sebuah kewajiban, yang dibayarkan dengan penuh keringanan dan kegembiraan. Bukan menjadi beban. Berzakat bagi seorang muslim akan diteruskan kepada yang berhak memperolehnya, sebagai salah satu cara untuk mencegah kemiskinan. Tidak seperti sedekah. Zakat ada aturannya, harus diberikan kepada salah satu dari delapan katagori penerima.

Saat memberikan zakat atau sedekah, harta yang diberikan harus berasal dari usaha yang halal. Zakat ataupun infaq bukan hanya sekedar berbagi, tapi kewajiban dari wujud rasa syukur kita, untuk memberi kepada orang yang kurang mampu. Zakat ibarat tabungan ibadah yang kita tunaikan untuk kehidupan di dunia ini.

Keserakahan adalah musuh rasa syukur dan keimanan. Serakah identik dengan ingin hidup sendiri. Ingin menang sendiri. Maka, Rasulullah mengatakan “Aku tidak takut, jika kalian akan menduakan Allah setelah aku meninggal, tapi aku takut kalian akan saling bersekutu untuk hal-hal yang duniawi”. Sejalan dengan pepatah kuno Indian, “Apa yang ada di dunia ini cukup untuk kebutuhan semua orang, tetapi tidak cukup untuk memenuhi keserakahan semua orang”.

Bila zakat, infaq ataupun shodaqoh kalau sudah meresap di hati, ibaratnya tanpa memberi kita akan merasa sesak secara spiritual. Bila memberi menjadi sebuah kebutuhan, maka ibarat mata uang yang tidak berputar maka akan timbul Stagnasi dalam kehidupan kita. Ibarat air sungai, harus mengalir. Uang juga harus mengalir.

Zakat adalah bentuk Rahmat Allah. Karenanya, dengan menyucikan kebergantungan kita dari dunia, maka diniatkan untuk meningkatkan keimanan kita. Semakin kita tidak memberi asupan untuk ego, semakin baik pula keimanan kita. Mendekat kepada-Nya buka dengan apa yang kita miliki, tetapi dengan memberi.

Zakat juga tidak hanya sekedar membayar kewajiban dalam rentang tertentu. Zakat yang kita tunaikan dapat dioptimalisasi membangun kemandirian ekonomi umat, meningkatkan kualitas hidup, dan mewujudkan masyarakat adil dan sejahtera. Dengan niat yang tulus dan pengelolaan yang optimal, zakat akan menjadi berkah yang tak terhingga, baik bagi yang memberi maupun yang menerima.

Sumber bacaan: Secrets of Divine Love, karya A. Helwa

Posting Komentar untuk "Zakat: Pemberian Wajib sebagai Rasa Syukur"