Al Ghaffar untuk Orang Munafik

Jum'at Berkah

Al Ghaffar merupakan salah satu dari asmaul husna, yang artinya Maha Pengampun. Akar kata al Ghaffar berasal dari kata gha-fa-ra yang berarti menutup. Secara istilah, kata al Ghaffar selalu mengacu pada Maha Mengampuni, yang berarti juga menutupi dosa dengan ampunan, sehingga dosa itu tidak terlihat.

Surat Ali Imran 159 dapat dijadikan acuan, bahwa Allah dan Rasulullah memiliki sifat mengampuni, sehingga hati menjelma menjadi lemah lembut.

"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal." (Ali Imran: 159)

Kekalahan kaum Muslimin pada waktu perang Uhud, yang utama disebabkan karena Pasukan Pemanah meninggal posisinya, tidak taat menjalankan perintah Nabi dan cinta keduniaan. Mereka tidak disiplin dan terlalu dini tergiur harta rampasan. Pasukan Muslim dihantam oleh lawan.

Semua itu menggambarkan betapa menderitanya hati Rasulullah. Orang yang terkasih (Hamzah) gugur dalam keadaan yang mengenaskan, dan yang paling menyedihkan adalah sebagian sahabat melarikan diri dari medan pertempuran. Mereka lari dan bercerai berai, bahkan sebagian dari mereka baru kembali ke rumah setelah tiga hari.

Ali bin Abi Thalib memperingatkan kepada rekan-rekan agar kembali kepada agamanya. Karena disinyalir tidak sedikit yang akan melepas status muslim, dan kembali menjadi kaum kafir. Diingatkan juga, bahwa kalau kembali kepada kepercayaan semula, maka akan menjelma jadi orang yang merugi.

Ketika Rasulullah kembali ke Madinah, para sahabat yang melarikan diri menemui Rasulullah. Sahabat-sahabat yang meloloskan diri menemui beliau, tidak sedikit dari mereka merasa malu dan ketakutan. Rasa khawatir dapat ditepis, ketika mereka menjumpai Rasulullah secara langsung.

Apa jawaban Rasulullah setelah mendengar sahabat-sahabat beliau akan bergabung lagi. Nabi memperlakukan mereka dengan penuh keramahan. Itulah yang dimaksud dengan penggalan ayat “Maka disebabkan Rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka”.

Nabi tidak berkata kasar, tapi beliau bertutur kata dengan halus sebagaimana seseorang yang baru dikenal. Itu hal yang sangat luar biasa bagi pemimpin. Sehingga ada pepatah yang mengatakan “Sahabat yang sejati adalah sahabat yang ketika kita memerlukan, dia berada di samping kita.

Dalam pandangan tasawuf, saat kita mendekati Allah, maka yang harus kita lakukan menyerap sifat-sifat Allah. Makin dekat dengan-Nya, makin banyak sifat-sifat yang menyusupnya. Rasulullah adalah orang yang telah menyerap Rahmat Allah, sehingga menjadi lemah lembut.

Posting Komentar untuk "Al Ghaffar untuk Orang Munafik"