Moral Pebisnis

 


La dharar wa la dhirar

Tidak dibenarkan merugikan diri sendiri, tidak juga orang lain (HR. Ibnu Majah)

Pekerjaan apapun yang terkait dengan seluruh masalah kehidupan, Islam menekankan sisi moralitas. Karena itu hukum-hukum yang telah ditetapkan oleh Allah, selalu dikaitkan dengan moral yang melahirkan hubungan timbal balik yang harmonis. Ini berarti setiap manusia harus mampu memosisikan dirinya dengan manusia yang lain. Etika menjadi pegangan utama dalam berinteraksi dan berkomunikasi

Tanpa penerapan kaidah la dharar wa la dhirar dalam pergaulan manusia, jangan diharapkan tercipta hubungan yang harmonis. Maka, komunikasi yang terbuka dan jujur adalah pondasi utamanya. Keseimbangan antara berbicara dan mendengarkan mesti dikedepankan. Menghargai orang lain juga perkara tidak mudah dalam kehidupan yang semakin egois.

Namun perlu diingat bahwa penekanan landasan moral ini bukan berarti menolak perolehan keuntungan. Keberhasilan ekonomi dalam pandangan Islam terletak pada kesesuaian antara moral dan material. Bila moral dinafikan dalam setiap kegiatan ekonomi, maka stabilitas dan keseimbangan sosial akan sangat rapuh dan akhirnya runtuh.

Oleh karenanya, kemitraan dalam bisnis perlu rambu-rambu sebagai berikut

Kejujuran

Sabda Nabi saw “Tidak dibenarkan seorang Muslim menjaul satu jualan yang mempunyai aib, kecuali dia menjelaskan aibnya” (HR al Quzwaini). Prinsip berbisnis, interaksi yang memberi untung sedikit tapi berlangsung berkali-kali (lama) lebih baik daripada untung yang banyak tetapi hanya berdurasi dua tiga kali.

Pemenuhan janji dan Perjanjian

Salah satu konsekuensi kejujuran adalah pemenuhan janji dan syarat-syarat perjanjian. Apabila dua pihak telah bersepakat untuk melakukan sebuah pekerjaan yang terkait dengan perjanjian, landasan utamanya adalah saling percaya. Bila janji atau syarat perjanjian diabaikan, maka kepercayaan menjadi cedera. Ibarat sebuah kaca mengalami keretakan. Bila sudah retak maka kaca menjadi rapuh, tidak kukuh lagi.

Toleransi dan keramahtamahan

Berbisnis tidak semata mencari keuntungan materi. Ada bangunan yang lebih indah, yaitu hubungan yang harmonis. Keserasian dalam menjalin hubungan akan menguntungkan kedua belah pihak, karena keduanya mengedepankan toleransi.

Ada benarnya ungkapan “pembeli adalah raja”, tetapi terbatas. Karena kalau pemeo ini diagungkan, lambat laun akan mengalami kerugian. Ada batas-batas antara penjual dan pembeli. Inilah yang dikatakan menjaga toleransi dan keramahtamahan. Tidak manarik keuntungan yang melampaui batas kewajaran. Sebaliknya bagi pembeli merasa puas dengan barang yang dibeli sekaligus pelayanan yang memuaskan.

Sumber bacaan: Bisnis Sukses Dunia Akhirat, karya Prof. DR Quraish Shihab



Posting Komentar untuk "Moral Pebisnis"