Pada dasarnya, mimicking adalah proses pemelajar
dengan cara menirukan, yaitu dengan mengamati model (guru, ahli, atau penutur
asli) dan kemudian mereplikasi tindakan, suara, atau pola pikir
tersebut.
Sebuah data memperlihatkan bahwa proses meniru masih didominasi oleh anak didik
Albert
Bandura (1925–2021) adalah seorang psikolog. Ia dikenal
sebagai Bapak Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory), yang
menjadi landasan ilmiah mengapa teknik mimicking sangat efektif. Mengapa
mimicking dipandang efektif dalam pemelajaran. Alasan utama yang beliau
kemukan adalah unsur biologis. Bayi atau anak kecil, belajar dengan meniru
ibunya, atau mengapa siswa meniru dari gurunya.
Otak manusia memiliki sel khusus yang aktif,
baik pada saat kita melaksanakan aktivitas maupun pada saat kita hanya melihat
orang lain. Mimicking mengaktifkan jalur saraf ini untuk mempercepat
proses belajar. Saraf tersebut adalah Mirror Neuron (Sel saraf cermin).
Simpul kognitif lebih hemat energi.
Saat menirukan guru, anak tidak perlu berfikir “dari mana asalnya, bagaimana
cara kerjanya”. Siswa lebih fokus konsentrasi yang dilakukan dan diucapkan oleh
guru.
Dengan menirukan cara yang sudah terbukti
benar, siswa merasa inilah jalan yang harus ditempuh. Siswa lebih senang dengan
kesuksesan yang diperoleh dengan meniru. Peristiwa seperti inilah yang
menjadikan siswa lebih termotivasi.
Tak ada teori yang sempurna. Mimicking juga
meninggalkan lubang, sebab ini hanya formula awal. Seorang siswa boleh saja
hafal rumus matematika, fisika atau lainnya, tapi tak paham kapan rumus itu
digunakan. Terus menerus menirukan, kreativitas siswa menjadi tumpul.
Orisinalitas siswa menjadi hilang.
Bandura tak sendirian. Ada beberapa tokoh yang sejalan. Sebut saja misalnya Barry
Zimmerman. Bila Bandura bilang "Siswa belajar dengan
meniru", Zimmerman menjabarkan mulai dari menetapkan tujuan, memonitor
diri sendiri, hingga mengevaluasi hasil.
Dale Schunk meneliti bagaimana keyakinan siswa "Saya pasti bisa matematika" mempengaruhi hasil ujian mereka. Ia membuktikan bahwa modeling dari guru sangat efektif meningkatkan efikasi diri siswa yang tadinya rendah.
Lev
Vygotsky (tokoh Rusia), penemu teori Sosio Kultural, yang lebih
menekankan pada bahasa dan bimbingan guru (Scaffolding). Dan
masih banyak lagi kesamaan sekaligus perbedaannya.
Mimicking adalah jembatan, bukan tujuan akhir. Kita menggunakan mimicking untuk memindahkan pengetahuan implisit (yang sulit dijelaskan) dari guru ke murid melalui tindakan. Tanpa mimicking, proses belajar akan sangat lambat karena setiap orang harus


Posting Komentar untuk "Mimicking is not Learning?"