Jum'at Berkah
Kapan istilah sekulerisme muncul?
Adalah
George Holyoake (1817-1906) yang memperkenalkan istilah sekulerisme. Tepatnya
pada tahun 1851. Semula akan menawarkan istilah ateisme, namun dirasa mengganggu.
Kemudian dicarilah istilah yang agak lunak, namun tetap menggambarkan sikap kehidupan
yang berdasarkan naturalistik (sekuler), namun tanpa menolak agama. Dalam perjalanan,
ternyata keinginan Holyoake tidak sejalan dengan murid-muridnya, atau penulis sesudahnya.
Sejarah
mencatat bahwa gereja yang dipandang sebagai kiblat agama oleh orang-orang Nasrani,
sering terlibat dalam persengkokolan dengan sang penguasa. Mereka memberi
pujian kepada para penguasa, bahkan mengkultuskan, dan dianggap suci dari
segala kesalahan. Mereka beralasan bahwa agama mewajibkan rakyat untuk patuh pada
pemerintah.
Dari
sinilah orang mulai berusaha mencari jalan keluar dari kunkungan kezhaliman
gereja. Pada waktu itu mereka belum menemukan jalan keluar kecuali dengan
meninggalkan agama yang telah memerangi ilmu dan membela para tiran yang
kriminal. Mulailah mereka menjauhkan dan mengucilkan agama dari berbagai aspek
kehidupan, baik aspek politik, ekonomi, ilmu, akhlak maupun lainnya.
Formula sekulerisme
modern, dapat dikatagorikan menjadi dua bagian. Yaitu, sekulerisme keras, menganggap
bahwa agama tidak memiliki keabsahan. Ia menolak untuk percaya kepada agama secara
mutlak. Bahkan ia memerangi dan memusuhi semua orang yang menyeru untuk beriman
terhadap Tuhan.
Sedangkan
yang kedua, sekulerisme lunak yang menekankan pada posisi netral, toleransi dan
liberalisme. Sekulerisme jenis yang terakhir menganggap bahwa kebenaran mutlak adalah
mustahil untuk dicapai. Oleh karenanya sikap toleransi masih menjadi pertimbangan
utama.
Dalam prakteknya, menolak terhadap campur tangan
agama dalam urusan keduniaan. Ternyata sekulerisme model ini jauh lebih licik,
karena samar-samar. Satu berpijak pada kaki agama, sementara kaki lainnya
berprinsip pada keduaniaan mutlak.
2. artikel koleksi pribadi : Apa itu sekulerisme.
Posting Komentar untuk "Sekulerisme (2)"