![]() |
sumber gambar : weinterrupt.com |
Setelah
Briptu Noorman Kamaru tenar dengan goyangan chaiyya chaiyya, membuktikan bahwa
budaya India dapat diterima bangsa ini. Masih belum lupa dari ingatan, beberapa
tahun silam lagu India juga sempat menjadi buah bibir dan sempat pula menjadi
nyanyian wajib dari anak kecil dewasa, kuch
kuch huta hae. Bahkan lagu itu diaransemen ulang versi campur sari dengan
terjemah bebas.
Perkawinan
budaya antara India dan Indonesia, belum ada angka yang pasti, tahun berapa itu
terjadi. Bisa jadi dimulai pedagang dari Gujarat yang berlabuh di pulau jawa.
Namun, hingga saat ini kebudayaan India telah meresap bahkan mungkin asal-usul
lagu dangdut muncul dari kebudayaan India.
Bila
kita menoleh lebih jauh lagi dalam dasa darsa warsa silam, budaya India seakan
menjadi milik kita. Berikut peristiwa budaya yang saya ketahui.
1. Lagu
Bagi
yang sudah menikmati hidup di era tahun 60-an, tentu kenal dengan lagu “boneka
dari india” yang dipopulerkan oleh Ellya Kadam (alm.). Saat itu lagu ini
menjadi hits. Ellya Kadam juga menjadi idola. Lagu ini juga dirilis oleh
Favourite Group versi dangdut dan sedikit kocak. Tak ketinggalan versi
anak-anak juga sering diputar untuk mengiringi goyangan holahop.
India
juga menjadi inspirasi untuk menciptakan lagu. “Khana” demikian judul lagu yang
diciptakan oleh Masyur S. sekaligus mempopulerkan. Masih banyak hasil karya
seni yang nerujuk pada budaya India.
2. Film
Pecinta film india pasti ingat
bintang tenar Hema Malini. Kemampuan acting yang prima dan pastinya cantik,
membuat penonton dibuat penasaran. Sehingga bila muncul dengan film yang
dibintanginya, dapat dipastikan bioskop kursinya terisi penuh. Istri dari
Dharmendra ini seangkatan dengan Kapoor. Nama yang terakhir bahkan mampu
membuat dinasti film, mulai dari pemain, sutradara bahkan produser.
Amitabh
Bachchan adalah generasi berikutnya. Generasi 80-90 an pasti masih ingat film
“Don”? Saya teringat betul saat film ini di putar. Kebetulan di kota saya ada 2
buah bioskop. Kebetulan saat itu memutar film yang sama yaitu “Don”. Dua-duanya
penuh penonton.
Tahun
2000 ini Sahrukhan. Saat ini menjadi idola lewat film kuch kuch hota hae.
Gerakan mengiringi lagi mudah untuk ditiru.
3. Martabak.
Berbicara India belum
sah bila tidak menyertakan martabak India. Jenis makanan yang banyak disuka,
dan mudah untuk mendapatkannya. Tapi untuk urusan rasa hanya sedikit yang mampu
memanjakan lidah. Semua bahan masakan mudah didapatkan. Namun ada satu yang
khas yaitu “bawang bombay”. Tepung, telur, garam, dan bumbu penyedap boleh sama
bumbu tanah air. Namun bawang Bombay lain.
Disamping
wajan untuk menggoreng yang lebar seperti lapangan, yang lebih menarik adalah
saat koki membuat kulit martabak terbuat dari tepung yang bisa dilebarkan
seperti taplak. Anehnya tidak berlobang, walaupun bisa terlihat setipis kulit
ari.
4. Pejinak Ular.
Mungkin, Kuntowijoyo tidak akan menulis buku “Mantra
Pejinak Ular”, bila tidak melihat orang india yang meniupkan seruling, lalu
muncullah ular kobra menari-nari dalam sebuah kendi. Ada hubungan atau tidak,
yang jelas orang India ahli berdialog dengan ular lewat media seruling.
Bukan
sembarang seruling untuk dapat menggoyangkan ular menari-nari. Juga bukan
sembarang nada untuk menghibur ular. Bukunya Kuntowijoyo, mengajak pembaca agar
jangan memusuhi binatang (ular), tetapi orang India sudah sejak dulu untuk
tidak memusuhi ular. Ular adalah sahabat. Bahkan bisa diajak kerjasama untuk
memperoleh uang.
tulisan lain dapat dilihat disini
Posting Komentar untuk "Menjual Budaya India"