arsip pribadi |
Betapa
seringnya kita jadi sial, hanya karena terlalu sederhana dalam berpikir. Tidak
mampu lagi memilah mana masalah yang perlu serius diselesaikan dengan segera,
dengan hal-hal sepele namun dipandang seperti rumit. Terkadang masalah yang
demikian gampang, karena terikat pada sebuah tradisi, akhirnya merumitkan diri.
Ironis bukan?
Negara kita tampak
kelihatan wajah asli dari geliat aksinya, karena terpengaruh dari
pemikiran-pekirian yang besar. Sebelum Indonesia diwisuda menjadi negara yang
merdeka, sudah banyak bermunculan beberapa kerajaan yang menguasai bumi
nusantara ini. Majapahit dengan daerah kekuasaan yang melebihi Indonesia, Sriwijaya
yang kondang dengan dominasi laut dan samudra, demikian pula kerajaan-kerajaan
di kawasan Sulawesi. Karakter yang
dibangun oleh mereka sangat kuat. Keragaman yang dikelola dengan baik menambah
rasa persudaraan yang erat.
Koneksi
dengan bangsa lain sudah menunjukkan
kiprah yang tak sedikit. Dinasti kerajaan
itu tidak pernah kering mengucurkan orang-orang yang mampu berpikir besar.
Proses seleksi untuk memperoleh pengakuan masyarakat demikian amat ketat.
Kompetensi dihidup suburkan, pengakuan terhadap sebuah karya dihargai. Mereka
sadar, tanpa pemikiran yang besar, banyak hal yang tidak eksis lagi. Namun karena kebudayaan
mereka demikian agung, peninggalanpun sangat dikagumi hingga saat ini. Itu
membawa implikasi bahwa tak ada tempat bagi pemikiran yang kecil dan sederhana.
Bahwa semua yang sulit, tidak nalar, itu
sebenarnya bisa dibuat sederhana dan mudah, tanpa diiringi dengan memudahkan
masalah.
Ketokohan
mereka selalu diingat karena korelasinya yang nyata terhadap alam pemikiran dan
tingkah laku manusia yang lain. Tolak ukurnya disini adalah bukanlah baik atau
buruk karakter orang itu, bukan pula besar kekuasaan yang diembannya, namun
yang menjadi standarnya adalah dampaknya terhadap kemanusiaan. Sebagian akan
dikenang manusia karena cita-cita pemikirannya yang jauh melebihi persepsi
manusia pada masanya. Menumpulnya pikiran lebih banyak diakibatkan karena bukan
pada saat komputer mulai berpikir seperti manusia, tetapi ketika manusia mulai
berpikir seperti komputer
Tunggu
apalagi? Bukankah berfikir besar telah kita benamkan sejak kecil? Manakala
orang lain menanyakan cita-citamu. Dengan lihanya kamu akan menjawab : pengen
jadi dokter, pilot, tentara dll. Bila itu yang jadi realita, bukankah sekarang
tinggal mewujudkan aja? Stephen Cohen berujar : “Kalau Anda menginginkan
perubahan yang kecil dalam hidup, garaplah perilaku Anda. Namun kalau Anda menginginkan
perubahan-perubahan yang besar dan mendasar, garaplah paradigma Anda”
Sydney Harris
: ancaman nyata sebenarnya bukan pada saat komputer mulai berpikir seperti
manusia, tetapi ketika manusia mulai berpikir seperti komputer
tulisan lain dapat dilihat disini
Posting Komentar untuk "Ubah Paradigmamu !"