Menyelenggarakan pendidikan jangan disamakan dengan melaksanakan pengajian. Pendidikan hendaknya diselenggarakan dengan system yang terstruktur, dilandasi dengan semangat kompetensi, dan bermain dalam suasana kompetisi.
Visi dan Misi
Visi ibarat sebuah sebuah
rumah. Penghuni yang akan melakukan aktivitas berawal dari rumah. Kemana arah
hari ini melangkah, apa yang akan
didapatkan, kebutuhan apa yang harus disediakan? Semuanya berawal dari rumah.
Bila arah dan target yang akan dituju melenceng dari rencana, berarti harus
kembali ke rumah lagi untuk dilakukan evaluasi.
Karena pentingnya
sebuah visi dan misi, maka lembaga pendidikan, dalam setiap langkahnya harus
berpegangan pada visi yang telah ditetapkan. Sayangnya, banyak sekolah yang
mengetahui visi dan misinya hanya kepala sekolah dan orang tertentu saja.
Visi dan Misi bukan
barang yang dibuat sekali. Ia senantiasa dievaluasi dan diperbaharuhi sesui
dengan kondisi. Bisa saja sekolah mengganti visi, jikalau dipandang perlu untuk
diganti. Sebab setelah dilakukan evaluasi secara mendalam, visi dan misi
sekolah tidak sesuai lagi dengan perkembangan mutakhir.
Rencana
Rencana atau tujuan diambil
dari folder visi. Setelah visi dan misi ditetapkan, biasanya diikuti dengan
rencana program kerja. Baik jangka pendek menengah ataupun jangka panjang. Rencana
harus disesuaikan dengan potensi dan lingkungan. Sekolah yang berada di jauh
pedesaan, tidak mungkin mengandalkan program teknologi informasi. Sebaliknya
SMK di perkotaan, tipis kemungkinan membuka program pertanian.
Nilai
Penilaian tidak saja
dilakukan untuk proses belajar mengajar. Penilaian diberlakukan untuk semua
kegiatan yang terkait dengan manajemen. Guru yang mendapat tugas diluar
mengajar, harus dinilai kinerjanya. Seorang guru yang ditugasi menjadi kurikulum,
juga harus dinilai. Baik dari segi mengajar maupun segi manajemennya.
Penilaian dilakukan
karena menyangkut tanggung jawab pekerjaan.
Sumber Daya Manusia
Tanpa sumber daya
manusia yang handal, sekolah akan berjalan seadanya. Tidak pernah melakukan inovasi
Jarang instropeksi. Evaluasi diri menjadi hantu. Hasil kelulusan dibawah
trata-rata. Alumni tidak pernah akan menjadi orang yang mampu menyelesaikan
persoalan di masyarakat, namun justru menimbulkan beban di masyarakat.
Dana
Organisasi tanpa dana,
mungkin akan tetap berjalan. Tapi langkahnya gontai. Dana dibutuhkan untuk
melaksanakan program yang telah digariskan. Menjalankan pendidikan memang tidak
perlu membutuhkan biaya yang besar. Namun cukup untuk melaksanakan visi dan
misi sekolah. Semua kebutuhan dapat berjalan sesuai dengan anggaran yang telah
ditetapkan.
Profesional.
Guru yang baik adalah
mereka yang mengajar sesuai dengan jurusannya. Pengusaan materi menjadi sangat
vital sebagai dasar untuk transfer ilmu kepada anak didiknya. 3 – 4 tahun yang
lalu, memang masih banyak guru yang merangkap mengajar Teknologi Informasi dan
Komunuikasi . Saat itu belum tersedia guru TIK yang berlatar belakang
pendidikan TIK.
Sikap professional juga
tidak hanya mengajar. Guru mestinya memiliki ketrampilan pendukung pendidikan.
Ahli dalam akutansi, bisa mengendalikan web sekolah, mahir dalam olah raga
tertentu.
Posting Komentar untuk "Beginilah Cara Menyelenggarakan Pendidikan Abal-abal"