Manusia (Al Nas)

 

Manusia sebagai makhluk sosial. Inilah manusia yang paling banyak disebut dalam al Qur’an, 240 kali.

Di dalam juz yang ke-30 atau juz ‘Amma, surat al Nas diletakkan pada surat yang terakhir. Namun bila dilihat dari urutan turunnya, sebenarnya surat al Nas berada posisi nomor delapan belas. Turun setelah surat al Falaq. Apabila dikatagorikan, kandungan surat al Nas, terbagi menjadi tiga bagian.

Pertama, al Nas yang dihubungkan dengan kelompok-kelompok tertentu. Ada komunitas yang mengaku beriman, namun sebenarnya hatinya menolak. “Dan di antara manusia ada yang berkata: Kami beriman kepada Allah dan hari akhir. Padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. QS al Baqarah [2:8].

Kata munafik atau nifak terambil dari kata nafaq atau terowongan yang memiliki dua muka yaitu kiri dan kanan. Bila orang itu dikejar, makai akan lari melalui lorong yang lain. Ada sesuatu yang disembunyikan yang tak terlihat mata. Karenanya, sifat munafik ini merupakan sifat yang buruk, yang sulit ditebak, sehingga orang memasukkan ke golongan pembohong.

Ibnu Rajab al-Hanbali menyebut, kata munafik secara bahasa bisa diartikan sebagai bagian dari penipuan, berbuat licik, dan menunjukkan perbuatan yang berbeda dari yang sebenarnya

Kedua, bila kita ikuti ungkapan al nas, kita dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar manusia memiliki kualitas yang rendah. Baik dari segi ilmu maupun iman. Orang musyrik menanyakan tentang kiamat kepada Nabi Muhammad. Padahal, sesungguhnya ilmu tentang kiamat hanya Allah yang mengetahui, kebanyakan manusia tidak mengetahui. QS al A’raf: 187.

Al nas juga dapat dikatagorikan sebagai orang yang tidak bersyukur. Állahlah yang menjadikan malam untukmu agar kamu istirahat padanya (dan menjadikan) siang terang benderang. Sungguh, Allah benar-benar memiliki karunia yang dilimpahkan kepada manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. QS Ghafir [40: 61].  

Ketiga, bahwa al Qur’an digunakan untuk petunjuk bagi semua manusia. Tidak hanya terbatas buat kaum muslim. Karena manusia sebagai perwujudan makhluk sosial. Ungguh kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil.

Secara naluri, manusia saling tolong menolong, setia kawan, toleransi, serta simpati dan empati terhadap sesamanya. Syarat ini yang akan membentuk masyarakat yang rukun, damai, harmoni sehingga timbul norma, etika dan kesopanan. Karena masyarakat yang akan diidamkan adalah kesetaraan, maka menjadi kewajiban semua anggota masyarakat untuk berlaku adil.

Sumber bacaan; Konsep-konsep Antropologis dalam bukunya Kontekstualisasi Diktrin Islam dalam Sejarah.

Posting Komentar untuk "Manusia (Al Nas)"