Belum lama saya membeli buku "Filosofi
Teras", buah karya Hendry Manamparing. Mata saya tertuju pada
buku ini, diantara hamparan buku lainnya. Dari sekian sekte buku, rupanya ini
yang menyita perhatian. Sudah lama, buku-buku filsafat (popular) tersaji di sebuah
lapak buku.
Apakah stoisisme itu?
Stoisisme didasarkan pada ide bahwa
tujuan hidup adalah hidup selaras dengan alam. Alam itu sendiri didefinisikan
sebagai keseluruhan kosmos, termasuk rekan-rekan kita sesama manusia. Wikipedia
menulis bahwa Stoitisme adalah mazhab filsafat Yunani-Romawi yang didirikan
oleh Zeno dari Citium.
Stoitisme memiliki tiga periode,
yaitu:
Stoa Awal (Early Stoa) yang dipimpin oleh langsung oleh Zeno,
Cleanthes, dan Chrysippus. Periode ini meletakkan dasar-dasar ajaran
stoitisme
Stoa Tengah (Middle Stoa) dengan tokoh-tokoh pentingnya antara lain Panaetius
dan Posidonius. Periode ini memperkenalkan stoitisme ke Roma dan
membuatnya lebih mudah dikenal.
Stoa Akhir (Late Stoa). Periode ini menghasilkan tulisan-tulisan yang
paling kita kenal saat ini, dari tokoh-tokoh seperti Seneca, Epictetus,
dan Kaisar Romawi Marcus Aurelius. Fokus utama pada periode ini adalah
etika dan penerapan stoitisme dalam kehidupan sehari-hari.
Siapakah Zeno?
Zeno adalah seorang pedagang kaya dari Siprus (sebuah pulau di Selatan
Turki). Suatu saat Ia melakukan perjalanan dari Phoenica ke Pieraeus dengan
kapal laut melintasi laut Mediteranica. Malang tak dapat ditolak. Kapal yang
ditumpangi karam. Ia tak hanya kehilangan seluruh barang dagangannya, tapi juga
terdampar di Athena. Karena harta yang dibawa musnah,ia pun luntang-luntung di
kota yang bukan rumahnya.
Suatu hari, ia pergi mengunjungi sebuah toko buku dan menemukan sebuah
buku filsafat yang menarik hatinya. Dari toko buku tersebut, ia bertemu dengan Creates.
Seorang filosof juga yang berasal dari Cynic. Zenopun belajar filsafat dari
berbagai aliran. Ia sendiripun mengajar filsafat di teras berpilar (dalam
Bahasa Yunani disebut Stoa). Sejak itu, para pengikutnya disebut “kaum
Stoa”.
Apa tujuan mempelajari filsafat Stoa?
Stoitisme tidak mengajarkan untuk
mendapatkan hal-hal yang bersifat eksternal, seperti: sukses karir, disayang
orang lain, memperoleh kepuasan karena karya. Stoitisme menggiring agar
bersikap untuk kepuasan diri sendiri.
Tujuan yang hendak dicapai dari mempelajarai Stoitisme antara lain:
Hidup bebas dari emosi negative (sedih, marah, cemburu, curiga dan
lain-lain.) Tujuannya adalah mendapatkan hidup tenteram. Ketentraman ini hanya
bisa diperoleh dengan memfokuskan diri pada hal-hal yang dapat dikendalikan.
Hidup mengasah kebajikan. Ada empat macam menurut kajian Stoitisme:
Kebijaksanaan (Wisdom), yaitu kemampuan mengambil keputusan
terbaik di dalam situasi apa pun
Keadilan (Justice) adalah memperlakukan orang lain dengan adil
dan jujur. Keberanian (Courage), yaitu keberanian untuk berbuat benar,
berani berpegang prinsip yang benar. Menahan diri (Temperance) yaitu
disiplin, kesederhanaan, kepantasan, dan mampu mengontrol emosi.
Dalam semua itu, apa yang diingatkan
para filsuf itu kepada kita adalah hidup selaras dengan alam berarti menyadari
bahwa orang paling sulit yang kita temui bisa jadi sama seperti kita—seseorang
mungkin sedang berjuang melawan kesedihan dan kenestapaannya sendiri.
Posting Komentar untuk "Stoitisme: Penawar Dahaga"