Manusia (Basyar)

Plato, pendiri Akademik Platonik di Athena, mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang paling sempurna. Manusia terdiri dari roh dan badan, yang keduanya dipandang sebagai kenyataan yang mesti dibedakan dan dipisahkan. Ia menyatakan bahwa manusia adalah makhluk ganda. Memiliki tubuh yang dapat berubah, dan jiwa yang kekal atau abadi.

Pandangan al Qur’an, manusia dipandang dari tiga dimensi. Basyar, Insan, dan al Nas. Ketiganya memiliki dasar yang diperkuat oleh nash. Kata bashar, dalam al Qur’an disebutkan duapuluh tujuh kali. Semuanya menyebutkan bahwa manusia sebagai makhluk biologis, seperti memiliki kepala, tangan, kaki dan lain-lain. Karena bentuknya fisik, maka berlaku hukum-hukum alam, seperti bila terkena sinar matahari maka akan merasakan panas. Bila jatuh maka akan merasakan sakit.

Surat al Kahf [18: 110] diterangkan dengan jelas, katakanlah (Muhammad), “sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia (basyarun) seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu adalah Yang Maha Esa”. Ayat ini untuk membuktikan dikala beliau berdakwah. Beliau adalah manusia biasa, bukan superman. Memiliki fisik yang terbatas.

Istri-istri petinggi atau wanita yang hidup pada masa pemerintahan Arrayan Ibn al Walid, terkecoh dengan ketampanan Nabi Yusuf as. Mereka sampai berkata Ya Allah, ini bukan basyar, tapi ini tidak lain kecuali malaikat yang mulia. QS Yusuf [12: 31].

Secara etimologi, al bashar merupakan bentuk jamak dari kata al basyarah, yang berarti kulit yang menutupi seluruh tubuh. Maka konsep basyar ini dihubungkan dengan sifat-sifat biologis manusia: kalau haus minum, bila lelah maka butuh istirahat, dan lain-lain.

Kata basyar ditujukan kepada seluruh manusia tanpa terkecuali, termasuk para nabi dan rasul juga memiliki dimensi basyar dalam dirinya. Hal ini dikarenakan nabi dan rasul juga memiliki sifat-sifat kemanusiaan pada umumnya. Hanya saja, nabi dan rasul diberikan keistimewaan oleh Allah Swt. yang tidak dimiliki oleh manusia biasa. Misalnya, mereka diberikan mukjizat dan wahyu. Oleh sebab itu, penggunaan term basyar juga digunakan Alquran untuk menyebut Rasulullah saw dalam Q.S. Alkahfi [18: 110] di atas.

Tafsir Ibnu Katsir, menyebutkan bahwa Allah memerintahkan kepada kaum musyrik yang mendustakan kerasulannya, bahwa beliau hanya menyampaikan apa yang diwahyukan Allah. Sedikitpun tidak memiliki pengetahuan. Ini membuktikan bahwa Rasulullah manusia biasa.

Sumber bacaan; Konsep-konsep Antropologis dalam bukunya Kontekstualisasi Diktrin Islam dalam Sejarah. 

Posting Komentar untuk "Manusia (Basyar)"