Folk


Pembaca pasti kenal dengan lagu-lagu Ebiet G ADE, baik yang sudah berumur maupun generasi milenial. Sebab syair-syairnya begitu menusuk. Pendengar dipastikan tidak pernah bosan dengan petikan gitar yang melodius serta suara yang khas. Ada yang mengatagorikan sebagai lagu country seperti miliknya Franfy and Jane, Iwan Fals.

Musik folk, atau sering disebut musik rakyat, bukanlah genre yang muncul begitu saja. Akarnya terhujam jauh ke dalam sejarah peradaban manusia, jauh sebelum adanya rekaman musik atau radio. Pada dasarnya, musik folk adalah musik dari dan untuk masyarakat biasa.

Beberapa pengamat musik, dan ini menurut pengakuan Ebiet sendiri, bahwa lagu-lagunya memang simetris dengan Joan Baez, yang mengusung musik Folk. Joan Beaz bersama dengan Bob Dyland memang mengibarkan aliran yang dikemudian hari orang menyebut folk. 

Musik folk, menurut asal-usulnya hanyalah sebuah instrument yang mengiringi saat orang bekerja. Lagu-lagunya yang dinyanyikan saat masyarakat bertanam. Golongan musik seperti ini, sering untuk mengiringi upacara adat, pernikahan, atau peristiwa ritual lainnya. Sehingga tak heran bila folk adalah dari suara kolektif manusia. Ini mencerminkan jiwa komunitas yang diturunkan dari generasi ke generasi, berevolusi hingga hari ini.

Cirinya, menceriterakan kejadian nenek moyangnya. Lagu yang dinyanyikan berkisar tentang kisah yang heroic, legenda lokal, atau peristiwa penting dalam komunitasnya. Melodi dan liriknya mengekspresikan kegembiraan, kesedihan, cinta, atau bahkan protes terhadap ketidakadilan,  

Di Indonesia, kita juga memiliki tradisi musik rakyat yang sangat kaya. Setiap daerah punya musik folknya sendiri, seperti tembang-tembang Jawa, lagu-lagu Batak, gamelan, musik keroncong yang juga memiliki akar dari interaksi budaya, dan banyak lagi. Musik-musik ini lahir dari kehidupan masyarakat, ritual adat, dan ekspresi budaya lokal.

Bahan bacaan: “Kultus Underground. Ensiklopedia subcultural kaum muda”, karya Tony Thorne



Posting Komentar untuk "Folk"