Sebenarnya,
sebelum masa kejayaan Socrates, Plato dan teman-temannya berdebat dalam
filsafat, di Yunani telah muncul komunitas filosof yang disebut filosof
alam. Mereka menrauh minat dan perhatian pada alam dan proses-prosesnya. Mereka adalah para pemikir awal yang
meletakkan pondasi bagi filsafat Barat, mengalihkan fokus dari mitologi ke penalaran
rasional untuk memahami alam semesta.
Ciri bahasan mereka antara lain.
Pencarian Arkhe (Prinsip Awal): Ini adalah
upaya sentral mereka. Setiap filsuf mencoba mengidentifikasi satu atau lebih
substansi dasar dari mana segala sesuatu berasal dan kembali. Fokus pada bidang
Kosmologi yaitu tentang asal-usul, struktur, dan sifat alam semesta (kosmos). Penalaran
Rasional, yaitu berusaha menjelaskan fenomena alam melalui observasi dan
penalaran logis, bukan sekadar kepercayaan. Monisme vs. Pluralisme, yaitu ada
yang berpendapat bahwa hanya ada satu prinsip dasar (monisme), sementara yang
lain mengemukakan beberapa prinsip (pluralisme).
Dalam catatan sejarah, ada lebih dari lima
filosof yang meletakkan dasar tentang prinsip berfikir. Disini kami menyebutkan
tiga saja. Mereka adalah:
Thales (sekitar 624-546 SM). Sering disebut sebagai "Bapak
Filsafat". Berasal dari Miletus, sebuah koloni Yunani di Asia
kecil. Dia berkelana ke banyak negara termasuk Mesir. Yang menarik, pernah
menghitung tinggi Pyramide dengan cara mengukur panjang bayangannya pada saat
panjang bayangan dirinya sama dengan tinggi badannya.
Thales beranggapan bahwa sumber dari segala
sumber adalah air. Besar kemungkinan bahwa Thales memikirkan cara air berubah
menjadi es atau uap, kemudian berubah lagi menjadi air kembali. Air juga ada
dimana-mana. Meskipun terdengar sederhana bagi kita sekarang, ini adalah
langkah revolusioner, disaat kehidupan masa itu yang masih sederhana.
Anaximander (sekitar 610-546 SM). Berasal dari Miletus juga. Murid Thales
yang lebih maju. Bila Thales mengidentifikasi air sebagai prinsip awal (arkhe),
Anaximander berpendapat bahwa materi spesifik seperti air tak cukup untuk
menjelaskan keseluruhan. Anaximander berpendapat bahwa arkhe bukanlah
air, udara, atau elemen konkret lainnya. Sebaliknya, ia mengusulkan sesuatu
yang disebut Apeiron. Istilah ini dapat diartikan sebagai tak terbatas. Ini
bukan hanya berarti tak terbatas dalam ruang atau jumlah, tetapi juga tak
terbatas dalam sifatnya.
Anaximenes (sekitar 585-525 SM) adalah murid Anaximander. Dia beranggapan bahwa
sumber dari segala sesuatu patilah udara atau uap. Anaximenes pastilah teori
dari simbah gurunya yaitu Thales menyangkut air. Tapi masalahnya dari mana
asalnya air?
Ia berpendapat bahwa air berasal dari udara
yang dipadatkan. Diketahui bahwa hujan turun, merupakan udara yang diperas dari
udara. Ia juga berpendapat bahwa api adalah udara yang dijernihkan. Oleh karenanya,
udara merupakan asal usul tanah, air dan api.
Dari ketiga filosof alam di atas, dapat
ditarik sebuah teori: “tidak ada yang dapat muncul dari ketiadaan”.
Sumber bacaan: “Dunia Sophie” karya Josten
Gaarder
Posting Komentar untuk "Mengenal Para Filosof Alam"