Rasionalisme
dalam kajian filsafat boleh dikatakan timbul tenggelam. Karena dalam filsafat, secara keilmuan tidak dapat dimusnahkan. Kajian Filsafat tenggelam bila terkena
ombak filsafat baru yang dapat mematahkan filsafat yang lama. Seorang filosof,
dapat ditentang oleh filosof lain dengan argumen-argumen terbaru.
Penentang
pertama adalah aliran Empirisme yang dinahkodai oleh John Lock,
George Berkeley dan David Hume. Kelompok ini berprinsip bahwa
pengalaman indrawi adalah satu-satunya atau sumber utama pengetahuan.
Diikuti
berikutnya mazhab Pragmatisme, dengan tokoh-tokohnya Charles Sanders
Pierce, William James dan John Dewey. Keluarga ini menekankan nilai
praktis. Bagi pragmatis, kebenaran suatu gagasan diukur berdasarkan kegunaannya
dalam memecahkan masalah dan membimbing tindakan. Bukan hanya bersifat logis
seperti yang dianut oleh rasionalisme.
Kelompok
penentang berikutnya adalah eksistensialisme, dengan aktor utamanya Jean
Paul Sartre dan Albert Camus. Kalangan ini menekankan kebebasan,
tanggung jawab individu, dan pengalaman subjektif. Sering kalai mengkritik
sistem pemikiran rasionalisme yang dianggap terlalu absrak dan mengabaikan
dimensi konkret dan emosional dari keberadaan manusia.
Perbedaan
perspektif dalam pandangan manusia adalah hal yang lumrah. Namun demikian
filasafat rasionalisme masih tetap dipakai hingga kini. Rasionalisme
yang bertumpu pada kemampuan otak untuk mengolah informasi dan data. Socrates
misalnya. Ia percaya bahwa pengetahuan itu hanya dapat dicapai melalui
akal.
Plato
juga
beranggapan bahwa hanya akal yang dapat memberi kita pengetahuan tertentu. Lebih
jauh, dia berpendapat bahwa akal adalah fakultas tertinggi dan paling mulia
dalam jiwa manusia dan memegang peran sentral dalam mencapai pengetahuan
sejati. Akal adalah bagian yang
seharusnya memimpin dan mengendalikan kedua bagian jiwa lainnya.
Lalu
bagaimana rasionalisme menurut Rene Descartes
Beliau
menyusun kebenaran melalui filsafatnya sendiri. Tidak sia-sia bahwa perjalanan
keliling Eropa, dengan melakukan dialog dengan orang yang ditemui, (sebagaimana
Socrates mengisi hidupnya dengan mengajak bicara orang-orang di Athena)
mendapatkan pencerahan yang akhirnya jatuh ke lubang rasionalisme.
Untung
tak dapat diraih, nasib hanya Tuhan yang menentukan. Umur 54 tahun meninggal
dunia (1596 – 1650). Pengaruhnya yang besar pada filsafat, banyak yang
mengagumi karyanya. Penghargaan yang disematkan kepadanya sebagai “Bapak
Filsafat Modern”. Ajarannya dikuti oleh Spinoza dan Leibniz, Lock
dan Berkeley, Hume dan Kant.
Sebagai seorang tokoh pasti meninggalkan jejak yang tak terhapus jaman. “Cogito, ergo sum” (aku berfikir, maka aku ada). Kalimat pendek yang tertulis dalam karyanya Discourse on the Method (1637) dan menjadi dasar filsafat modern.
Descartes sendiri menggunakan metode keraguan radikal untuk mempertanyakan segala sesuatu, termasuk keberadaan dirinya sendiri. Namun, ia menyadari bahwa jika ia meragukan, berarti ia sedang berpikir, dan jika ia berpikir, maka ia pasti ada. Dengan kata lain, keberadaan seseorang dapat dibuktikan melalui aktivitas berpikirnya.
Bahan bacaan : Dunia Shophie karya Jostein Gaarder
Posting Komentar untuk "Socrates, Plato dan Descartes adalah serumpun"