Skisma dalam Agama

Jum'at Berkah

Skisma adalah kondisi perselisihan yang terjadi di dalam suatu agama. Peristiwa ini dapat terjadi antarindividu di suatu organisasi atau gerakan. Sering disebut denominasi agama. Atau yang paling popular perpecahan antarkelompok umat beragama yang sebelumnya merupakan keluarga tunggal.

Kata Jalaluddin Rahmat, di Barat (saat itu, Islam sedang naik daun), agama Kristen terbelah menjadi dua, yaitu Gereja Romawi dan Gereja Yunani, kata Jalaluddin Rahmat. Setelah pecah menjadi dua, maka kegiatan ritualpun berbeda.

 

Ritual

Yunani

Romawi

Berdoa

Sambil berdiri

Sambil berlutut

Pembaptisan

Menyelam

Percikan air

Pernikahan

Pastor dilarang

Pastor diperbolehkan

Pemuka Agama

Memelihara jenggot

Meniadakan jenggot

Keahlian

Politik

Teologi

 

Perbedaan dalam masalah keagamaan ini bermuara dalam siatuasi saling menyalahkan. Saling tuduh menuduh kekurangan. Meninggikan ego, bahwa ajarannya yang paling benar. Lainnya harus dinafikan.

Tahun 1043, Michael Cerularius, Patriach Konstantinopel, menyebarkan tulisan yang mengkritik keras Paus di Roma. Sebagai balasannya, Paus St Leo memandang murtad (keluar dari agama) Cerularius, dan menobatkan pengikutnya sebagai jamaah sempalan.

Peristiwa saling beradu argumen ini berlangsung hingga tiga abad lamanya. Pertentangan kedua kubu tersebut bahkan sampai pada tingkat mengkafirkan. Masing-masing pihak menyatakan bahwa upacara sakramen (kehadiran Allah dalam hidup manusia) yang dilakukan oleh pendeta lawan tidak sah.

Bagaimana dalam dunia Islam?

Skisma, awalnya bukan istilah dalam Islam. Namun, kalau menurut definisi, skisma dapat menghinggap dalam kelompok manapun. Termasuk pengikut Islam. Hal ini merujuk pada sebuah hadits Riwayat Bukhari. “Kalian akan mengikuti sesiku demi sesiku, sehingga bila mereka memasuki gua srigala, kamupun akan mengikuti”.

Mengulik sejarah. Keretakan dalam tubuh Islam sudah tercium pada masa Khalifah Ustman bin Affan. Pemicunya pada bau kekuasaan yang menyengat. Semua mengklaim bahwa kelompoknya yang paling benar mewarisi Nabi Muhammad saw.

Adegan saling merasa benar terus berlanjut hingga antara pengikut ‘Aisyah dan khalifah Ali bin Abi Thalib. Pertentangan antara Mu’awiyah dan Ali bin Abi Thalib setelah perjanjian shiffin. Bentrok antara Husayn dan Yazid. Hingga kini, vis a vis antar kelompok semakin meruncing.

Secara singkat, baik skisma dalam agama Kristen maupun Islam, lebih banyak dilandasi pertikaian kepentingan politik ketimbang pertikaian akidah.

Sumber bacaan: Buletin Al Tanwir no. 55 Edisi 2 – 25 Oktober 1994

Posting Komentar untuk "Skisma dalam Agama"