Saya kira tidak hanya diperpustakaan sekolahku saja. Hampir merata
disetiap sekolah memiliki perpustakaan yang terbengkelai. Perpustakaan tak
lebih dari tempat untuk menyimpan buku. Ada yang lebih sinis dengan mengatakan bahwa
perpustakaan adalah gudang buku. Buku apapun yang tidak terpakai disimpan di
perpustakaan.
Hampir dipastikan, dalam setiap merancang ruang-ruang dalam
sekolah, lebih mengutamakan ruang kepala sekolah, guru, kelas, dan laboratorium.
Ruang Perpustakaan merupakan pilihan terakhir. Akibatnya ukuran ruang
perpustakaan hanyalah sisa dari pilihan-pilihan utama. Tidak heran ruang
perpustakaan menempati di sudut-sudut sekolah.
Dalam hal perawatanpun, perpustakaan hampir selalu menjadi
prioritas yang nomor dua. Pihak pengelola sekolah lebih senang memperbaharui
mebeler, mengganti komputer terbaru meskipun komputer lama masih dapat dipakai,
tukar tambah barang-barang elektronik lainnya. Anggaran perpustakaan selalu dialokasikan
dana sisa.
Selama keluarga besar sekolah belum memiliki minat membaca, jangan
diharapkan perpustakaan akan menjadi pilihan utama dalam rancangan anggaran
sekolah. Selama kepala sekolah dan guru masih menancapkan budaya lisan maka
jangan barharap perpustakaan akan berkibar sebagaimana laboratorium komputer.
Untuk menyokong wibawa perpustakaan ada beberapa aktifitas yang
dapat dilakukan.
1. Serius mengalokasikan dana untuk memperlebar ruang,
memperbaharui koleksi buku, membuat nyaman ruangan. Koleksi buku jangan
mengharapkan datang dari bantuan. Koleksi buku harus dipilih dengan kualitas
yang memadai. Apabila calon alumni diwajibkan untuk menyumbang buku, disarankan
dalam bentuk uang saja. Karena sumbangan buku kadang tidak sesuai dengan visi
dan misi sekolah.
2. Guru memelopori bedah buku secara periodik. Luangkan waktu 60 –
90 menit per bulan untuk mengkaji buku. Dua minggu sekali lebih baik.
Presentasi boleh dilakukan oleh 2 orang. Buku yang telah dibaca supaya ditulis
dalam bentuk ringkasan. Dengan demikian
secara tidak langsung guru juga menulis. Membaca buku sekaligus menulis.
3. Penugasan siswa hendaknya diarahkan untuk menggunakan buku di
perpustakaan. Mendorong siswa agar masuk ke perpustakaan, sebagai salah satu
cara agar siswa gemar membaca. Dalam periode tertentu, datangkan nara sumber
dari luar. Saat ini banyak sekali komunitas yang komitmen dengan baca dan
tulis.
4. Visi dan misi apapun yang digariskan oleh sekolah, pondasinya tetaplah membaca. Tidak mungkin seorang guru akan diidolakan oleh siswa tanpa membaca. Tidak mungkin seorang siswa akan berprestasi tanpa membaca. Mungkin, karena keterbatasan dana yang dimiliki, maka perpustakaan menjadi solusinya. Sekolah memberi keleluasaan kepada pengunjung, untuk selalu nyaman di perpustakaan.
Posting Komentar untuk "Merananya Perpustakaanku"