Sulit Tidur (Insomnia)

 

Catatan World Health Organizition (WHO) mengungkapkan bahwa sepertiga penduduk dunia mengalami gangguan sulit tidur, terutama perempuan. Prevalensinya akan meningkat, seiring dengan bertambahnya usia. Hidup sendirian, termasuk melajang, menjanda, menduda masuk dalam katagori resiko insomnia.

Penyebab primernya, salah satunya adalah sistem neuroendokrin (interaksi antara sistem saraf dan indokrin) yang mengatur respon tubuh terhadap stress. Sedangkan penyebab sekundernya antara lain efek obat, lingkungan yang gaduh, kamar tidur yang terlalu panas atau dingin. Penderita tampak sangat lelah dan mengantuk pada siang hari.

Sulit tidur dapat menyebabkan hambatan dan kesulitan dalam bekerja, mengganggu hubungan pernikahan. Bila dibiarkan menahun (kronis), dapat mengakibatkan penurunan produktivitas, kehilangan pekerjaan, dan timbul keinginan bunuh diri.

Bila Anda sudah merasa mengantuk maka berbaringlah. Bila selama 20 menit belum juga mata terpejam, artinya gejala awal insomnia mengancam. Terapi yang mudah, mendengarkan musik yang rileks, membaca, minum air hangat, mengonsumsi makanan “tinggi triptofan” (pisang), serta mendisiplinkan diri untuk tidur dan bangun.

Obat hanya boleh diresepkan oleh dokter. Untuk penderita insomnia primer yang disertai depresi atau cemas dapat diberikan antidepresan, seperti trazodone, nefazodone. Berkonsultasilah ke dokter untuk memilih obat yang tepat karena banyak efek sampingnya.

Pecegahan yang mudah dilakukan antara lain: jangan membawa beban kerja ke tempat tidur, kurangi kebiasaan lembur, kurangi berolahraga malam. Jarak antara selesai olah raga malam dan tidur sebaiknya lebih dari 2 jam. Ciptakan kamar tidur yang nyaman, tenang sejuk, rapi dan sehat.   

Sumber bacaan: Buku “Ensiklopedia Penyakit dan Gangguan Kesehatan” oleh dr Dito Anugoro dan kawan-kawan


Posting Komentar untuk "Sulit Tidur (Insomnia)"