Dari mana Menahu Filsafat

 

Masih menjadi perbincangan umum, bahwa belajar filsafat adalah sulit. Ada pula yang mengatakan, tidak ada gunanya memelajari filsafat. Karena tidak memberi manfaat secara finansial. Filsafat hanya berputar-putar saja. Bila Anda menemui anggapan seperti ini, abaikan. Sebab kalau kita teliti lebih mendalam, bahwa filsafat itu adalah ilmu induk. Ilmu apapun akan bermuara pada filsafat.

Mempelajari filsafat bukanlah sekadar menghafal nama-nama pemikir atau teori-teori filsafat yang kelihatannya sangat membingungkan. Belajar filsafat merupakan proses berpikir yang berkelanjutan. Filsafat membutuhkan dialog atau bertukar pikiran. Berbagi informasi dengan seorang teman akan sangat membantu dalam memelajari filsafat.

Gerard Beekman, seorang filosof membagikan tipsnya, bagaimana menimba ilmu filsafat bagi pemula atau siapapun yang greget dengan filsafat.

Pertama. Anggap saja filsafat itu bukan barang suci yang disakralkan. Ia hanya sekumpulan pemikiran biasa dari orang-orang biasa yang dapat kita gugat, dan dipertanyakan ulang pendapatnya.

Filsafat bukan pemikiran yang final. Ia bahkan selalu menyisakan keraguan orang lain bertanya-tanya, sehingga kita terlibat didalamnya. Yakinlah bahwa dalam filsafat itu tidak akan pernah memberikan solusi yang purna. Percayalah dalam filsafat akan selalu timbul pertanyaan.

Filsafat mengajarkan kita untuk tidak menerima begitu saja apa yang sudah ada. Ia mendorong kita untuk selalu skeptis, penasaran, dan terbuka terhadap kemungkinan-kemungkinan baru. Dengan demikian, setiap pertanyaan yang terjawab dalam filsafat justru menjadi benih bagi pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih mendalam dan kompleks.

Kedua. Filsafat adalah pemikiran yang mengundang kita untuk selalu terlibat langsung. Ada banyak pemikiran dalam filsafat yang mengamanatkan kepada kita untuk meneruskan apa yang dimulai filsafat itu. Dengan demikian jangan sungkan-sungkan untuk tidak sependapat.

Ujilah kebenaran dalam filsafat itu dengan pertanyaan yang bermula dari keraguan. Alfred Ayer, menyarankan untuk menjadikan pemikiran seseorang sebagai bahan latihan berfilsafat.

Ketiga. Agar dapat menguji pendapat orang lain dengan baik, kita harus menunda dulu apa yang selama ini diyakini. Bila dalam pikiran kita masih ada keyakinan lama yang dijadikan ukuran, kita tidak akan menemukan mutiara yang ditawarkan orang lain. Dalami dulu, rasakan dulu tanpa prasangka, baru setelah itu bandingkan.

Keempat. Seorang yang meniti ilmu filsafat, tidak akan pernah merasa menang sendiri, merasa benar dan tak mungkin salah. Theodore Adorno, seorang tokoh Mazhab Frankfurt, mengatakan bahwa “belajar filsafat bukanlah sekadar menghafal konsep atau sejarah pemikiran, tetapi lebih merupakan sebuah proses transformasi kritis dari diri dan masyarakat”. Lebih jauh, Ia mengatakan “memahami filsafat, tidak dapat diperoleh hanya dengan mengikuti metode yang kaku. Belajar filsafat seharusnya tidak bertujuan untuk mencapai "kebenaran objektif" yang terpisah dari subjek, melainkan untuk mengungkapkan kontradiksi dan ketidakbenaran yang tersembunyi dalam realitas”

Posting Komentar untuk "Dari mana Menahu Filsafat"